PSIKOLOGI PEKSOS 1
A.
Pengertian Psikologi, Pekerjaan Sosial Dan Ilmu
Kesejahteraan Sosial
Pengertian
Psikologi
Kata psikologi berasal dari dua kata
yaitu psyche (jiwa) dan logos (ilmu) yang oleh banyak pihak
dimaknai secara berbeda-beda. Berikut ini terdapat beberapa definisi psikologi
menurut beberapa ahli:
1. Garden Murphy
Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya
2. Morga, King, Weisz dan Schopler
Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan hewan, di dalamnya termasuk aplikasi ilmu
tersebut terhadap masalah yang dihadapi manusia (human problems)
3. Henry L. Roediger
Psikologi adalah studi yang sistematis
mengenai tingkah laku dan kehidupan mental (mental life)
4. Clifford Morgan
Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan hewan
5. Edwin G. Boring
Psikologi adalah studi tentang
hakikat manusia
6. Sarlito Wirawan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia dan lingkungan
Dari
definisi-definisi di atas diketahui bahwa psikologi secara umum mempelajari
tingkah laku manusia dan hewan yang terkait dengan lingkungannya serta
aplikasinya terhadap masalah yang dihadapi manusia.
Pengertian Pekerjaan
Sosial
Berikut ini adalah beberapa definisi pekerjaan sosial
menurut para ahli:
1. Allen Pincus dan Anne Minahan
Pekerjaan sosial berurusan dengan
interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan
aspirasi dan nilai-nilai mereka. Max Siporin
Pekerjaan sosial didefinisikan
sebagai metode institusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan
menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan
keberfungsian sosialnya. Friedlander, Walter A. dan Apte, Robert Z.
Pekerjaan sosial adalah pelayanan
profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna
membantu individu, kelompok, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan
pribadi dan sosial serta kebebasan.[3]
2. Charles Zastrow
Pekerjaan sosial adalah aktivitas
profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan
atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi
masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.[4]
3. Leonora Scrafica-deGuzman.
Pekerjaan sosial adalah profesi yang
bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang
terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam
penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu
dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.
[5]
Pekerjaan sosial merupakan sebuah
profesi baru yang muncul pada awal abad ke 20, tetapi sudah timbul sejak
timbulnya revolusi industri. Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang
berusaha menyatukan berbagai bidang ilmu atau spesialisasi dari berbagai
lapangan praktik. Social worker menangani klien dalam kaitannya dengan
memberfungsikan kembali pihak yang mengalami disfungsi sosial sehingga
usaha-usaha yang dikembangkan membantu kliennya dalam menjalankan fungsi
sosialnya. Menurut Thelma Lee Mendoza disfungsi sosial dapat tejadi karena:
- Ketidakmampuan individu atupun patologi yang membuat seseorang sulit menjalankan tuntutan lingkungannya.
- Ketidakmampuan lingkungan yang di bawah kemampuan individu untuk mnyesuakan diri.
- Ketidakmampuan personal dan situasional.
Disfungsi
sosial tersebut dapat diatasi dengan tiga bentuk intervensi, yaitu:
- Intervensi yang dilakukan melalui individu
- Intervensi yang dilakukan melalui situasi atau lingkungannya melalui penyediaan fasilitas dan pelayanan, serta
- Intervensi melalui individu dan juga lingkungannya
Jika dilihat dari hal di atas maka
pekerjaan sosial mencakup area yang tidak terlalu luas yaitu pada area mikro
dan mezzo walaupun juga mencakup sedikit area makro tetapi tidak lebih banyak
dari ilmu kesejahteran sosial, dengan kata lain pekerjaan sosial berada dalam
cakupan ilmu kesejahteraan sosial.
Pengertian
Ilmu Kesejahteraan Sosial
Jika kita berbicara mengenai ilmu
kesejahteraan sosial maka awalnya kita harus berbicara mengenai kesejahteraan
sosial itu sendiri. Di bawah ini ada beberapa definisi kesejahteraan sosial
menurut beberapa ahli.
- Gertrude Wilson:
“Kesejahteraan sosial merupakan
perhatian yang terorganisir dari semua orang untuk semua orang”.
- Walter Friedlander
“Kesejahteraan sosial merupakan
sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial yang dirancang
untuk membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan
kesehatan yang lebih baik”.
- Elizabeth Wickenden
“kesejahteraan sosial termasuk di
dalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin
atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari
masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat”.
- Pre-conference working committee for the XVth International Conference of Social Welfare
“Kesejahteraan sosial adalah
keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan taraf hidup mayarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya
tercakup kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam
masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan
pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain sebagainya”.
Definisi-definisi di atas mengandung
pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan
untuk meningkatkan taraf hidup manusia manusia, baik itu di bidang fisik,
mental, emosional, sosial, ekonomi dan spiritual. Selain itu kesejahteran
sosial dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut
pandang yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan gerakan.
Dalam kaitannya kesejahteraan sosial
sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang
berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik) untuk
menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok,
keluarga, maupun masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional).
Munculnya ilmu kesejahteraan sosial
tidak bisa dilepaskan dari kajian sejarah pekerjaan sosial sebagai cikal bakal
adanya ilmu kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial yang berawal dari
praktik-praktik para relawan mempunyai sekolah khusus untuk pertama kalinya
yang diprakarsai oleh Marry Richmond. Selanjutnya dengan meluasnya
masalah-masalah sosial yang timbul maka perlu adanya kajian yang lebih luas
dibandingkan kajian dalam pekerjaan sosial sehingga muncullah ilmu
kesejahteraan sosial yang menggabungkan berbagai ilmu yang lebih banyak
daripada pekerjaan sosial. Seperti sudah dikatakan di atas bahwa ilmu
kesejahteraan sosial juga mencakup penyelesaian masalah internasional yang
berupa kebijakan dan peraturan perundangan.
B.
Hubungan Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pekerjaan sosial merupakan sebuah
profesi yang berusaha untuk menyatukan berbagai bidang ilmu ataupun
spesialisasi dari berbagai lapangan praktek. Masalah-masalah yang dihadapi
pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial, yaitu kemampuan
seseorang untuk menjalankan peranan berdasarkan status yang ia miliki sesuai
dengan harapan masyarakat atau lingkungannya. Pada intinya, pekerjaan sosial
merupakan sebuah profesi yang secara langsung atau tidak langsung membantu
individu, kelompok ataupun masyarakat dalam memberfungsikan kembali peranan
yang ia atau mereka miliki.
Sebagai sebuah ilmu yang memiliki
tujuan utama menciptakan masyarakat yang sejahtera, diperlukan adanya suatu
usaha kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Arthur
Dunham , untuk mencapai peningkatan kualitas hidup melalui usaha kesejahteraan
sosial, dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas hidup di bidang kehidupan
anak dan keluarga, bidang kesehatan, kemampuan adaptasi dengan lingkungan
sosial, pemanfaatan waktu luang, dll.
Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dilihat bahwa usaha kesejahteraan sosial harus memperhatikan berbagai
unsusr dari kehidupan sosial manusia, yaitu individu, kelompok, komunitas,
ataupun unit sosial yang lebih luas.
Ilmu pekerjaan sosial sendiri pada
intinya merupakan himpunan bagian dari ilmu kesejahteraan sosial, atau dapat
pula dikatakan bahwa ilmu kesejahteraan sosial adalah perluasan dari ilmu
pekerjaan sosial.
Ilmu pekerjaan sosial lebih
memusatkan pada tiga metode pekerjaan sosial yang konvensional, yaitu bimbingan
sosial perseorangan, bimbingan sosial kelompok, serta pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat. Sedangkan ilmu kesejahteraan sosial, selain
menggunakan ketiga metode tersebut juga telah memperluas bidang kajiannya dengan
bidang yang lebih makro seperti perencanaan kesejahteraan sosial baik di
tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional; dan penelitian
kesejahteraan sosial.
Dalam hal keterkaitan dengan bidang
studi psikologi, pembahasan mengenai keterkaitan pekerjaan sosial dan ilmu
kesejahteraan sosial akan lebih dekat bila dilihat pada tingkat mikro.
Keterkaitannya lebih banyak terlihat dalam hubungan dengan ketiga metode
pekerjaan sosial yang konvensional diatas.
Buku Applied Psychology For Social
Workers yang dikarang Paula Nicolson dan Rowan Bayne (Isbandi R. Adi, 1994)
mencoba menggambarkan mengapa psikologi diajarkan pada para mahasiswa
pekerjaan sosial, dan menyimpulkan area-area utama psikologi diterapkan pada
bidang praktek kesejahteraan sosial. Pada awal perkembangannya, pekerjaan
sosial butuh untuk menguatkan kerangka teoritis dan kebutuhan untuk
mendefinisikan batasan serta cakupan praktek pekerjaan sosial telah menjadi
sumber perdebatan utama. Hal ini terlihat pada kursus Certificate of Qualification
in Social Work (CQSW) yang dikembangkan untuk melatih tenaga professional yang
baru dan diusulkan untuk melengkapi para mahasiswa agar dapat menangani
rentangan permasalahan sosial yang mempengaruhi berbagai macam kelompok klien.
Secara umum tujuan pelatihan pekerja sosial tersebut mengkonsentrasikan diri
pada tiga bidang dibawah ini :
- Membuat pekerja sosial mampu memahami konteks sosial dan politik dari pekerjaannya.
- Memberikan keterampilan untuk melakukan penilaian dan keterampilan untuk melakukan terapi.
- Mempertimbangkan pengetahuan teoritis mengenai perkembangan manusia, interkasi sosial, dan luas lingkup disiplin profesionalnya sendiri serta displin professional lain.
Dalam
melaksanakan pekerjaan sosial juga dibutuhkan ilmu Psikologi karena dapat memberikan
sumbangan dalam mencapai pemahaman pada :
- Isu-isu praktis dan teoritis mengenai keterampilan wawancara, keterampilan melakukan penilaian, dan ketrampilan melakukan terapi.
- Perkembangan dan interkasi manusia.
- Ruang lingkup psikologi terapan yang mendukung pekerjaan soisal dan berbagai layanan kesejahteraan lainnya.
Pada tahun 1950-an terjadi perluasan
dalam praktik pekerjaan sosial yang bergerak ke arah pelatihan professional
pada pekerja sosial di bidang psikiatri yang merupakan kelompok paling professional
dan mempunyai otonomi yang kuat diantara para pekerja sosial. Dalam sejarahnya,
mereka mendapat landasan teoritis dari para ahli terapi dan pekerja sosial di
Amerika yang berorientasi pada aspek psikodinamik. Mereka mengebangkan metode
interfensi yang dikenal dengan nama social case work. Metode ini
fleksibel dalam menempatkan kerangka pemahaman mengenai konteks sosial dan
psikologi dari permasalahan klien and dapat beradaptasi dengan perubahan
alur teori pekerjaan sosial karena metode ini merupakan kerangka teoritis
pertama yang mnedukung berkembang pekrejaan sosial sebagai suatu profesi.
Dampaknya psikologi disamakan dengan teori psikodinamik.
Dua
alasan utama pendekatan ini diadaptasi oleh profesi pekerjaan sosial:
- Teori psikodinamik secara jelas mengarah pada pemahaman proses emosional dan psikologis yang terjadi pada kehidupan individu dan saat mereka berinteraksi.
- Alur psikologi secara keseluruhan tidak menunjukkan minat secara utuh dalam memberikan sumbangan terhadap pembentukan teori pekerjaan sosial atau pelatihan pekerjaan social
Menurut Kurt Lewin dan Sigmund Freud
pandangan dasar dari teori psikodinamika umumnya menggambarkan adanya
kekuatan yang mempengaruhi dinamika perilaku seseorang. Perbedaan yang mendasar
dari pandangan Lewin dan Freud terlihat dari kekuatan yang mendorong perilaku
seseorang. Freud lebih memfokuskan pada aspek dalam diri seseorang sedangkan
lewin lebih menekankan kekuatan dari luar diri seseorang yang mempunyai nilai
positif dan negative terhadap individu walaupun lewin mengakui adanya dinamika
dalam diri individu akibat kekuatan dari unsur yang dalam diri individu.
Walaupun pada awalnya bidang
pekerjaan sosial (terutama intervensi mikro) lebih terfokus pada pandangan
psikodinamika, dalam pertimbangannya pendekatan psikologi yang lain mulai
mendapat perhatian dari bidang pekerjaan sosial maupun ilmu kesejahteraan
sosial dalam upaya mengembangkan bidang pekerjaan sosial secara lebih utuh.
Menurut Paula Nicolson dan Rowan Bayne, pendekatan psikologi yang dapat
diterapkan dibidang pekerjaan sosial adalah sebagai berikut:
- Ketrampilan yang berkaitan dengan kemampuan menjalin hubungan dengan individu, kelompok, atapun individu dalam kelompok
- Pendekatan yang terkait dengan isu perkembangan, hubungan antar individu, maupun kehidupan sosial yang terkait dengan relasi antara pekerja sosial dengan klien
- Pemahaman tentang konteks dalam pekerjaan sosial di tingkat mikro maupun makro
Selain itu materi psikologi
memberikan sumbangan bagi penelitian di bidang kesejahteraan sosial berupa
metode kulitatif dan kuantitatif untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Hal
ini berarti memberikan alternatif dan variasi tambahan dibandingkan dengan
masukan dari disiplin kesehatan masyarakat, sosiologi, maupun antropologi. Psikologi juga membantu
pengembangan kemampuan organisasi dan administrasi lembaga kesejahteraan sosial
serta kepemimpinan dalam lembaga nirlaba.